Pengantar Farmakologi
Dan Interaksi Obat
Farmakologi adalah ilmu yang
mempelajari cara kerja obat di dalam tubuh. Obat adalah setiap substansi yang
dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel.
Tujuan pemberian obat adalah untuk membantu proses
penyembuhan alami tubuh. Obat yang kini beredar berasal dari berbagai
sumber,seperti tumbuh-tumbuhan,hewan,mineral,bakteri dan substansi sintetis.
Kebanyakan obat modern adalah sintetis,artinya dirakit dilaboratorium. Sebagian
besar obat modern sekarang ini ditemukan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir
ini.
Sebelum
sebuah obat dapat dipasarkan,obat harus lulus uji coba dulu, mula-mula uji
laboratorium pada hewan, kemudian uji coba klinis ( pada sukarelawan).
Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Peran dokter
Dokter
bertanggung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis
resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun
apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Peran apoteker
Apoteker secara
resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker
bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan
antiseptik, dan lain-lain.
Peran
penting lainnya ialah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja
sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasihat
kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lainnya mengenai semua aspek
penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya (bila
diminta).
Peran perawat
Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir
dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab bahwa obat
itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada
obat yang diberikan kepada pasien, hal ini harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah dan
tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus diperhatikan.
Factor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
membuat pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana
perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama
kerja, dan program dokter.
Yang harus diperhatikan,prinsip lima benar:
1) Pasien
yang benar
2) Obat
yang benar
3) Dosis
yang benar
4) Cara/rute
pemberian yang benar
5) Waktu
yang benar.
Pasien yang benar
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (
gelang identitas, papan identitas di tempat tidur) atau ditanyakan. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi lain sesuai
ketentuan rumah sakit. Bayi selalu harus diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
Obat yang
benar
Obat mempunyai nama dagang dan nama generic. Setiap obat
dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama generiknya, dan jika masih
ragu hubungi apotekernya.
Sebelum
memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa tiga kali; pertama, saat
membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta; ketiga, saat dikembalikan ke rak. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke
bagian farmasi. Bila isinya tidak uniform, sekali lagi harus dikembalikan ke
farmasi.
Jika pasien
meragukan obatnya, harus diperiksa lagi. Saat memberi obat,perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
Dosis
yang benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika
ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep sebelum
dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosisnya, harus diperiksa lagi. Jika setelah
menanyakan kepada apoteker atau penulis resepnya, perawat masih tetap ragu, ia
tidak boleh melanjutkan pemberian obat tersebut dan memberi tahu penanggung
jawab unit atau ruangan dan penulis resep serta alasannya.
Secara
khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara singkatam mg dan
mcg bila ditulis tangan. Ada
obat dalam bentuk tablet lepas-berkala ( ada yang berlapis-lapis, ada pula yang
matriksnya khusus); tablet demikian tidak boleh dibelah dua atau digerus karena
ciri lepas-berkalanya hilang. Ada
tablet bersalut-enterik untuk melindunginya terhadap asam lambung. Aspirin
terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam dosis tinggi untuk waktu lama.
Ketentuan umum :
bentuk dosis ahli jangan diubah.
Cara/rute
pemberian yang benar
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda. Fakktor
yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, dan tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi per oral, parenteral, topical, rectal
atau melalui inhalasi.
Oral.
Ini adalah rute
pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut( sublingual
atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.
Parenteral.
Kata ini berasal dari
bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran
cerna.
Topical.
Termasuk disini adalah krim, salep,
losion, liniment, sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi,melindungi,atau
menyampaikan obat ke daerah tertentu, pada kulit atau membrane mukosa.
Rectal.
Obat dapat diberi melalui rute rectal berupa enema atau
supositoria. Pemberian rectal mungkin dilakukan untuk memperoleh efek local,
seperti pada konstipasi atau hemoroid; untuk memberi obat yang mempunyai efek
sistemik pada mual bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu
berbau atau terasa tidak enak;bila pasien tidak sadar; atau mungkin menghindari
iritasi saluran cerna. Umumnya supositoria lebih unggul dari enema sebagi cara
mamberi obat karena retensinya lebih mudah.
Inhalasi.
Saluran nafas
memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan dengan demikian
berguna untuk memberi obat secara local pada salurannya, misalnya salbutamol
(Ventolin) atau sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau dalam
keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.
Waktu yang benar
Sangat penting, khususnya bagi obat yang evektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai, bahwa
obat itu diberi pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus di minum sebelum
makan ( ante cimum atau a.c.) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Hal ini
berlaku untuk banyak antibiotik. Misalnya, tetrasiklin dikhelasi ( yaitu
terbentuk senyawa yang tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan
tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.
Sebaliknya, ada obat yang harusdiminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
berlebihan pada lambung (misalnya, indometasin) atau agar diperoleh kadar darah
yang lebih tinggi(misalnya, griseofulvin bila diberi bersama makanan berlemak).
Setelah
obat itu diberikan,catat dosis, rute, waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai terminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat bergantung pada keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat yang
diinginkan.
Bentuk obat
Bentuk padat
Obat kelompok ini dapat diberikan melalui empat rute, yaitu
oral, topical, rectal, atau vaginal.
Bentuk oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada
umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk
diberikan. Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges ( obat
isap).
Tablet
Bentuk, ukuran, warna dan berat tablet itu bervariasi.
Tablet itu dapat mengandung obat murni, atau diencerkan dengan substansi inert
agar mencapai berat sesuai, atau mengandung dua atau lebih obat dalam
kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet padat biasa, tablet
sublingual(dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal ( dilarutkan diantara pipi
dan gusi), tablet-bersalut gula( menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet
bersalut-enterik ( untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus
halus baru pecah), atau tablet lepas-berkala untuk melepaskan obat selang waktu
panjang).
Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan
ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras, atau
cairan dalam kapsul lunak.
Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut.
Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorok.
Bentuk Topikal
Bentuk obat
ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai
vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah salep dank rim.
Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih lama. Krim umumnya
diapakai untuk lesi basah.
Bentuk Supositoria
Supositoria
adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan.
Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau
agar diserap sistemik.
Bentuk Pesarri
Serupa
dengan supositoria namun bentuknya dirancang khusus untuk vagina.
Bentuk Cairan
Bentuk obat
cairan terdapat tiga kelompok utama yaitu larutan, suspensi, dan emulsi.
Larutan
Larutan adalah preparat terdiri atas satu atau lebih obat
yang dilarutkan dalam larutan, biasanya air. Jenis utamanya adalah sebagai
berikut:
a) Sirup:
larutan gula “pekat” dalam air yang telah ditambahkan obat misalnya sirup Tolu.
b) Eliksir:
larutan manis yang mengandung alcohol dan air, obat dan penyedap, misalnya
eliksir fenobarbiton.
c) Tinktura:
Ekstrak tumbuhan atau substansi kimia beralkohol, misalnya tinkura belladonna,
tinkura yodium.
d) Obat
suntik: Larutan dengan obat yang diberikan melalui suntikan biasa atau secara
intravena.
Suspensi
Suspensi adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam
cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai. Mereka dapat digukan
untuk suntikan ( misalnya, suspensi penisilin) atau bentuk obat luar (
misalnya, losion kalamin).
Emulsi
Merupakan preparat yang terdiri atas butiran-butiran air
dalam minyak dengan agens pengemulsi atau lemak atau butiran minyak dalam air
(misalnya, emulsi paraffin). Perlu dikocok dahulu sebelum dipakai.
Bentuk gas
Bentuk ini bersifat terapeutik atau anestetik.
a) Gas
terapeutik
Oksigen untuk mengatasi hipoksia atau melawan keracunan CO
(karbon monoksida). CO2 (karbon dioksida)
dipakai bersama oksigen untuk mengatasi depresi pernapasan, asfiksia dan
keracunan CO. pada tindakan bedah, diapakai
untuk meningkatkan kecepatan induksi dan pemulihan setelah anestesi.
b) Gas
anestetik
Contohnya adalah halotan.
Bentuk aerosol
Obat ini ada di bawah tekanan, berupa larutan atau bubuk.
Yang berbentuk larutan disemprotkan berupa “kabut” dalam mulut serta dihirup ke
dalam paru misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.
Cara penyimpanan obat
3 faktor utama yang harus diperhatikan:
1) Suhu
Suhu adalah factor terpenting, karena kebanyakanobat itu
bersifat termo-labil ( rusak atau diubah oleh panas). Untuk itu penyimpanan
obat:
-
ditempat sejuk: <15̊ C (misalnya, insulin [tidak
boleh beku!]) dalam lemari es.
-
Suhu antara 2-10̊ C (misalnya, vaksin tifoid)
-
Beku (misalnya,vaksin cacar air harus < 5̊
C).
Letak
Obat itu harus bersifat toksik, karena itu tempat
penyimpanan harus terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum. Lemari obat
harus terkunci.
Kedaluwarsa
Kurangi kemungkinan kekadaluwarsaan obat dengan cara rotsi
stok, artinya obat baru (pengganti) diletakkan dibelakang. Obat yang
kedaluwarsa akan berkurang khasiatnya. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan
warna (dari bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah.
Sumber: Farmakologi untuk keperawatan/Jan Tambayong,Jakarta:Widya Medika,2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar