Sabtu, 14 April 2012

pengantar farmakologi dan interaksi obat


Pengantar Farmakologi Dan Interaksi Obat

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat di dalam tubuh. Obat adalah setiap substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel.
Tujuan pemberian obat adalah untuk membantu proses penyembuhan alami tubuh. Obat yang kini beredar berasal dari berbagai sumber,seperti tumbuh-tumbuhan,hewan,mineral,bakteri dan substansi sintetis. Kebanyakan obat modern adalah sintetis,artinya dirakit dilaboratorium. Sebagian besar obat modern sekarang ini ditemukan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini.
            Sebelum sebuah obat dapat dipasarkan,obat harus lulus uji coba dulu, mula-mula uji laboratorium pada hewan, kemudian uji coba klinis ( pada sukarelawan).

Penggunaan Obat di Rumah Sakit

Peran dokter
            Dokter bertanggung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran apoteker
            Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
            Peran penting lainnya ialah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasihat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lainnya mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya (bila diminta).

Peran perawat
            Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
            Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal ini harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah dan tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus diperhatikan. Factor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin membuat pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
            Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Yang harus diperhatikan,prinsip lima benar:
1)      Pasien yang benar
2)      Obat yang benar
3)      Dosis yang benar
4)      Cara/rute pemberian yang benar
5)      Waktu yang benar.
*      Pasien yang benar

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa ( gelang identitas, papan identitas di tempat tidur) atau ditanyakan. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi lain sesuai ketentuan rumah sakit. Bayi selalu harus diidentifikasi dari gelang identitasnya.
*       Obat yang benar

Obat mempunyai nama dagang dan nama generic. Setiap obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama generiknya, dan jika masih ragu hubungi apotekernya.
            Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa tiga kali; pertama, saat membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta; ketiga, saat dikembalikan ke rak. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Bila isinya tidak uniform, sekali lagi harus dikembalikan ke farmasi.
            Jika pasien meragukan obatnya, harus diperiksa lagi. Saat memberi obat,perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
*       Dosis yang benar

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep sebelum dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosisnya, harus diperiksa lagi. Jika setelah menanyakan kepada apoteker atau penulis resepnya, perawat masih tetap ragu, ia tidak boleh melanjutkan pemberian obat tersebut dan memberi tahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resep serta alasannya.
            Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara singkatam mg dan mcg bila ditulis tangan. Ada obat dalam bentuk tablet lepas-berkala ( ada yang berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya khusus); tablet demikian tidak boleh dibelah dua atau digerus karena ciri lepas-berkalanya hilang. Ada tablet bersalut-enterik untuk melindunginya terhadap asam lambung. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam dosis tinggi untuk waktu lama.
Ketentuan umum : bentuk dosis ahli jangan diubah.
*       Cara/rute pemberian yang benar

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda. Fakktor yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, dan tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi per oral, parenteral, topical, rectal atau melalui inhalasi.
Oral.
 Ini adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut( sublingual atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.
Parenteral.
 Kata ini berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna.
Topical.
 Termasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment, sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi,melindungi,atau menyampaikan obat ke daerah tertentu, pada kulit atau membrane mukosa.
Rectal.
Obat dapat diberi melalui rute rectal berupa enema atau supositoria. Pemberian rectal mungkin dilakukan untuk memperoleh efek local, seperti pada konstipasi atau hemoroid; untuk memberi obat yang mempunyai efek sistemik pada mual bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu berbau atau terasa tidak enak;bila pasien tidak sadar; atau mungkin menghindari iritasi saluran cerna. Umumnya supositoria lebih unggul dari enema sebagi cara mamberi obat karena retensinya lebih mudah.
Inhalasi.
 Saluran nafas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan dengan demikian berguna untuk memberi obat secara local pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin) atau sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau dalam keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.
*      Waktu yang benar

Sangat penting, khususnya bagi obat yang evektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus di minum sebelum makan ( ante cimum atau a.c.) untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Hal ini berlaku untuk banyak antibiotik. Misalnya, tetrasiklin dikhelasi ( yaitu terbentuk senyawa yang tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Sebaliknya, ada obat yang harusdiminum setelah makan, untuk menghindari iritasi berlebihan pada lambung (misalnya, indometasin) atau agar diperoleh kadar darah yang lebih tinggi(misalnya, griseofulvin bila diberi bersama makanan berlemak).
            Setelah obat itu diberikan,catat dosis, rute, waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai terminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

Cara Pemberian Obat

Cara pemberian obat bergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat yang diinginkan.

Bentuk obat
Bentuk padat
Obat kelompok ini dapat diberikan melalui empat rute, yaitu oral, topical, rectal, atau vaginal.
Bentuk oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges ( obat isap).
*      Tablet

Bentuk, ukuran, warna dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat murni, atau diencerkan dengan substansi inert agar mencapai berat sesuai, atau mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet padat biasa, tablet sublingual(dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal ( dilarutkan diantara pipi dan gusi), tablet-bersalut gula( menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik ( untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah), atau tablet lepas-berkala untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
*      Kapsul

Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras, atau cairan dalam kapsul lunak.
*      Lozenges

Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorok.

Bentuk Topikal
            Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah salep dank rim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih lama. Krim umumnya diapakai untuk lesi basah.

Bentuk Supositoria
            Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau agar diserap sistemik.

Bentuk Pesarri
            Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancang khusus untuk vagina.

Bentuk Cairan
            Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitu larutan, suspensi, dan emulsi.
*      Larutan

Larutan adalah preparat terdiri atas satu atau lebih obat yang dilarutkan dalam larutan, biasanya air. Jenis utamanya adalah sebagai berikut:

a)      Sirup: larutan gula “pekat” dalam air yang telah ditambahkan obat misalnya sirup Tolu.
b)      Eliksir: larutan manis yang mengandung alcohol dan air, obat dan penyedap, misalnya eliksir fenobarbiton.
c)      Tinktura: Ekstrak tumbuhan atau substansi kimia beralkohol, misalnya tinkura belladonna, tinkura yodium.
d)     Obat suntik: Larutan dengan obat yang diberikan melalui suntikan biasa atau secara intravena.


*      Suspensi

Suspensi adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai. Mereka dapat digukan untuk suntikan ( misalnya, suspensi penisilin) atau bentuk obat luar ( misalnya, losion kalamin).

*      Emulsi

Merupakan preparat yang terdiri atas butiran-butiran air dalam minyak dengan agens pengemulsi atau lemak atau butiran minyak dalam air (misalnya, emulsi paraffin). Perlu dikocok dahulu sebelum dipakai.

Bentuk gas

Bentuk ini bersifat terapeutik atau anestetik.
a)      Gas terapeutik

Oksigen untuk mengatasi hipoksia atau melawan keracunan CO (karbon monoksida). CO2 (karbon dioksida) dipakai bersama oksigen untuk mengatasi depresi pernapasan, asfiksia dan keracunan CO. pada tindakan bedah, diapakai untuk meningkatkan kecepatan induksi dan pemulihan setelah anestesi.
b)      Gas anestetik

Contohnya adalah halotan.

Bentuk aerosol
Obat ini ada di bawah tekanan, berupa larutan atau bubuk. Yang berbentuk larutan disemprotkan berupa “kabut” dalam mulut serta dihirup ke dalam paru misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.

Cara penyimpanan obat

3 faktor utama yang harus diperhatikan:
1)      Suhu

Suhu adalah factor terpenting, karena kebanyakanobat itu bersifat termo-labil ( rusak atau diubah oleh panas). Untuk itu penyimpanan obat:
-          ditempat sejuk: <15̊ C (misalnya, insulin [tidak boleh beku!]) dalam lemari es.
-          Suhu antara 2-10̊ C (misalnya, vaksin tifoid)
-          Beku (misalnya,vaksin cacar air harus < 5̊ C).

Letak
Obat itu harus bersifat toksik, karena itu tempat penyimpanan harus terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum. Lemari obat harus terkunci.

Kedaluwarsa
Kurangi kemungkinan kekadaluwarsaan obat dengan cara rotsi stok, artinya obat baru (pengganti) diletakkan dibelakang. Obat yang kedaluwarsa akan berkurang khasiatnya. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan warna (dari bening menjadi keruh) dan tablet menjadi basah.

Sumber: Farmakologi untuk keperawatan/Jan Tambayong,Jakarta:Widya Medika,2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar