Senin, 30 April 2012

sedikit tentang parasetamol


SEDIKIT TENTANG PARASETAMOL

Dari sekian banyak obat anti pilek semuanya mengandung satu unsur utama, yaitu Parasetamol (paracetamol) atau Asetaminofen. Parasetamol sebenarnya sudah ditemukan sekitar 1880 saat ilmuwan bekerja mencari penanggulangan malaria, namun penemuan tersebut masih diabaikan. Parasetamol adalah obat pereda demam dan nyeri yang paling banyak dipergunakan. Senyawa ini dikenal dengan nama lain asetaminofen, merupakan senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti halnya fenasetin.
Senyawa berkhasiat obat ini, tidak seperti obat pereda nyeri lainnya (aspirin dan ibuprofen),  tidak digolongkan ke dalam obat anti inflamasi non steroid (NSAID) karena memiliki khasiat anti inflamasi yang relatif kecil.

Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati demam, sakit kepala, dan rasa nyeri ringan. Senyawa ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau obat pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.

Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol. Penelitian pada tahun 2008 membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya asma pada usia kanak-kanak (1,2,3).

 Hingga kini, paracetamol telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk sediaan, tablet chewable, eliksir, drops dan suspensi drops yang dikemas khusus untuk bayi dan anak-anak. Umumnya obat ini diberikan untuk meringankan gejala demam, nyeri, dan rasa tak nyaman karena masuk angin, flu, atau karena imunisasi dan pertumbuhan gigi.

Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini. Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat endogenous cababinoid. Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.

Paracetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila digunakan sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yangmenyebutkan bahwa obat ini terkait dengan asma pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya kadang obat ini bisa menimbulkan ruam atau gatal-gatal pada beberapa orang tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam jangka panjang perlu diwaspadai karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga beberapa tanda overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas dan keringat berlebih.

Paracetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek candu seperti obat narkotika. Untuk orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi sebesar 500mg, bisa dilihat pada komposisi berbagai merek obat pilek kandungan Asetaminofen ini antara 400-600mg selain kandungan lain dalam kadar rendah, tergantung merek obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi Parasetamol lebih dari 5 gram dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu alkohol, malah bisa menyebabkan kerusakan liver!

Berbagai sumber.

darah


Darah

            Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsure-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40-47.
             Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.

Susunan Darah
Serum darah atau plasma terdiri atas:
Air       : 91,0%
Protein : 8,0% ( Albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
Mineral: 0,9% ( natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium, besi dst).
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik, yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino.
Plasma juga berisi:
Gas – oksigen dan karbon dioksida, hormon-hormon, enzim dan antigen.
Sel Darah
Terdiri atas tiga jenis:
1)      Eritrosit atau sel darah merah
2)      Leukosit atau sel darah putih,
3)      Trombosit atau butir pembeku

Sel darah merah atau eritrosit
Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.
            Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Mereka juga memerlukan lebih banyak zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang ketika menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.
            Sel darah merah dibentuk di dalam sumsusm tulan, terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum.
            Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
            Bila terjadi perdarahan maka sel darah merah dengan hemoglobinnya sebagi pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobinnya turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan transfusi darah.
Hemoglobin
            Ialah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru kejaringan-jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100%.
            Dalam berbagai bentuk anemi jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam beberapa bentuk anemi parah, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5gr setiap 100ml. Karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien seperti ini memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini merupakan salah satu gejala pertama kekurangan anemi kekurangan zat besi.

Golongan Darah
Kalau darah dari golongan yang bertentangan ditransfusikan akan mengakibatkan bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga hemolisis ( memecahnya ) sel darah merah.
Penentuan golongan darah dan tes tentang kecocokannya dilakukan sebelum pemberian transfusi untuk meyakini keamanannya. Sistem ABO menurut Landsteiner didasarkan atas adanya agglutinin dalam darah. Empat golongan utama yang ditemukan adalah:
Golongan AB ada pada 3.0%
Golongan A    ada pada 42,0%
Golongan B     ada pada 8,5%
Golongan O    ada pada  46,55%
Ini menurut penyelidikan pada rakyat Inggris.
            Selain itu terdapat pula pembagian lebih lanjut dari Landsteiner dan faktor Rh atau faktor Rhesus dalam darah, yang penting untuk diketahui pada bayi yang baru lahir kalau terjadi ketidak cocokan antara darah bayi dengan darah ibunya.
Dipandang dari donor darah:
golongan AB   dapat memberi darah pada AB
golongan A     dapat memberi pada A dan AB
golongan B      dapat memberi pada B Dan AB
golongan O     adalah donor umum untuk semua golongan.
Resipien
Golongan AB adalah resipien umum
Golongan A dapat menerima dari golongan A dan O
Golongan B dapat menerima dari golongan B dan O
Golongan O dari O
Sebaiknya tranfusi dilakukan dengan golongan darah yang sama, dan hanya dalam keadaan terpaksa dapat diberikan darah dari donor universal.
Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, teapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000 -10.000 ( rata-rata 8.000) sel darah putih.
            Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia.
Tidak adanya granulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul stelah mengkomsumsi obat tertentu.
Pewarnaan. Bila setetes darah diletakkan diatas kata objek dan ditambahkan dua macam pewarna untuk menghitung jenis-jenis sel darah, maka sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dan pewarnaan.   
Sel netrofil paling banyak dijumpai. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak berwarna ungu.
Sel eosinofil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah.
Sel basofil menyerap pewarna basa dan menjadi biru.
Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfe dan juga dalam sumsum tulang. Sel ini non-granuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba. Sel ini dibagi lagi dalam limfosit kecil dan besar. Selain itu ada sejumlah kecil sel-sel yang berukuran lebih besar yang disebut monosit. Sel ini mampu mengadakan gerakan amuboid dan mempunyai sifat fagosit (pemakan).

Fungsi Sel Darah Putih
Granulosit dan monosit mempunayi peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.
Dengan cara ini ia dapat:
-          mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
-          menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
-          menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran.

Sebagi hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak dapat berhasil dengan sempurna, maka dapat membentuk nanah. Di dalam nanah tersebut terdapat banyak kuman yang mati  dan ditambah lai dengan sejumlah besar jaringan yang telah mencair.
Fungsi limfosit sedikit diketahui, mereka tidak memiliki gerakan amuboid, terapung-apung di dalam aliran darah dan juga terdapat dalam jaringan limfe dari semua bagian badan. Mereka tidak memakan bakteri tetapi diduga bahwa mereka membentuk antibodi penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronik dan mempertahankan tingkat kekebalannya tertentu terhadap infeksi.
Leukosit adalah istilah untuk menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel putih dalam darah, yaitu jika penambahan melampaui 10.000 butir per milimeter kubik.
Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.
Limfositosis, pertambahan jumlah limfosit.
Agranulositosis, suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara menyolok.
Trombosit
            Adalah sel kecil-kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah.
Plasma darah
            Adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
Fungsi plasma
Plasma bekerja sebagai medium (perantara) untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan. Palsma juga merupakan medium untuk mengangkat bahan buangan seperti urea, asam urat dan karbon dioksida.
Protein plasma
Albumin, dalam keadaan normal terdapat 3-5gr albumin dalam setiap 100ml darah. Fungsinya ada tiga:
1)      bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan volume darah.
2)      Banyak zat khusus yang beredar dalam gabungan dengan albumin
3)      Menyediakan protein untuk jaringan.

Globulin. Dalam keadaan normal ada 2-3 g globulin dalam setiap 100 ml darah. Globulin memiliki jauh lebih banyak macam susunan dari albumin dan sesungguhnya membentuk jumlah besar protein yang berbeda-beda.
Fibrinogen penting untuk koagulasi (penggumpalan) darah.
Reaksi plasma darah. Darah selalu bersifat alkalik: kadar alkalinya tergantung dari konsentrasi ion-hidrogen dan ini dinyatak denga pH darah.
pH sebesar 7 berarti – larutan netral
pH dari 7-1               - larutan asam.
pHdari 7-14              - larutan alkali
akan terlihat bahwa pH 7 adalah larutan netral. Darah selalu mengandung sedikit alkali pH darah adalah 7,35-7-45. angka ini tetap dipertahankan. Sedikit saja berubah, baik ke asam atau ke basa dapat mempengaruhi kehidupan. Maka itu usaha mempertahankan tingkat alkali yang konstan dalam darah adalah sangat penting dan ini dikendalikan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
pengeluaran karbon dioksida yaitu gas asam melalui paru-paru.
Eksresi bahan asam melalui urine.

Pembekuan darah
            Bila darah ditumpahkan maka cepat ia menjadi lekat dan segera mengendap sebagai zat kental berwarnah merah. Jeli atau gumpalan itu mengerut dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami. Cairan ini disebut seru.
            Penggumplan darah adalah proses yang majemuk, dan berbagai faktor diperlukan untuk melaksanakan itu. Trombin adalah alat untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih dalam pembuluh. Tetapi yang ada adalah zat pendahulunya, protombin, yang kemudian diubah menjadi zat aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka. Diduga terutama tromboplastin terbentuk karena terjadinya kerusakan pada trombosit, yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah protombin menjadi trombin sehingga terjadi penggumpalan darah.
            Untuk menghasilkan penggumpalan maka diperlukan empat faktor
1)      Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah.
2)      Sel yang terluka yang membebaskan trombokinase
3)      Trombin yang terbentuk dari protombin bila ada trombokinase
4)      Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen di samping trombin.
Proses penggumpalan dapat dinyatakan dalam rumus:
Prtombin + kalsium + trombokinase               = trombin
Trombin + fibrinogen                                      = fibrin
Fibrin +  sel darah                                           = penggumpalan
Protombin dibuat di dalam hati. Vitamin k diperlukan untuk menghasilkan protombin.
Penggumpalan (koagulasi) darah dipercepat:
a)      Oleh panas yang sedikit lebih tinggi dari suhu badan
b)      Kontak dengan bahan kasar, seperti pinggiran yang kasar dari pembuluh darah yang rusak atau dengan pembalut.
Diperlambat:
a)      Karena dingin
b)      Kalau disimpan di dalam tabung berlapisan licin di sebelah dalamnya. Darah memerlukan kontak dengan permukaan yang dapat menjadi basah oleh air sebelum dapat bergumpal.
c)      Dengan ditambah kalium sitrat atau natrium sitrat yang menyingkirkan garam kalsium yang dalam keadaan normal ada.

Secara klinik Trombus ialah penggumpalan yang terbentuk dalam sirkulasi darah. Keadaan adanya trombus ini disebut trombosis. Trombosis femoral dapat terjadi sesudah operasi. Gumpalan dalam arteri koroner menyebabkan trombosi koroner. Bila sebagian dari gumpalan itu lepas dan masuk sirkulasi darah disebut embolus. Bila gumpalan ini melewati jantung dan masuk paru-paru melalui salah satu arteri pulmonaris, maka sebuah pembuluh kecil atau besar dapat tersumbat, dan terjadilah emboli paru-paru.

Fungsi  Darah:
1)      Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
2)      Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida.
3)      Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
4)      Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan; menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya.
5)      Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantara darah.

Tekanan darah
Tekanan darah arterial
            Adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.
            Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastol tekanan turun. Niali terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
            Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan perifer dari arteriole menghalangi semua darah mengalir kedalam jaringan.
Mengukur Tekanan Darah Arterial
Menggunakan alat yang disebut sfigmomanometer.
Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brakhial, sehingga tak ada darah yang adapt lewat, dan denyut nadi pergelangan menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau, lebih tepat bila dengan menggunakan stetoskop denyut nadi brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar.
Nilai tekanan darah normal dalam mmHg

Usia
Normal TD (mmHg)
Bayi baru lahir (300 gram)
40
1 bulan
85/54
1 tahun
95/65
6 tahun
105/65
10-13 tahun
110/65
14-17 tahun
120/75
Dewasa tengah
120/80
Lansia
140/90
Faktor yang mempertahankan tekanan darah
a)      Kekuatan memompa jantung
b)      Banyaknya darah yang beredar.
c)      Elastisitas dinding pembuluh darah
d)     Tahanan tepi ( resistensi perifer)

Kecepatan aliran darah
Kecepatan darah mengalir tergantung kepada ukuran palung yang ada pada pembuluh atau kelompok pembuluh. Darah dalam aorta bergerak cepat. Di dalam arteri kecepatannya berkurang dan menjadi sangat lambat didalam kapiler.
            Tekanan dapat dilihat ketika darah kembali mencapai pembuluh-pembuluh (vena) yang lebih besar didekat jantung.
Tekanan darah pada vena adalah rendah dan faktor lain yang membantu aliran darah kembali ke jantung mencakup:
a)      Gerakan otot kerangka yang mengeuarkan tekanan diatas vena
b)      Gerakan yang dihasilkan pernafasan, khususnya oleh naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pompa.
c)      Kerja mengisap yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole, menarik darah dari vena untuk mengisinya.

Berbagai sumber.

Sabtu, 28 April 2012

hipertensi


Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya. Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Dalam mengukur tekanan darah sesoeorang,dokter memeriksa dua hal yaitu:
1)      Tekanan sistolik adalah tekanan yang paling tinggi yang dihasilkan ketika ventrikel kiri jantung kontraksi. Merupakan tekanan gelombang darah yang memasuki arteri.
2)      Tekanan diastolic adalah tekanan yang paling rendah yang dihasilkan ketika ventrikel kiri relaksasi. Ini merupakan tekanan yang selalu ada dalam arteri.

Rata-rata tekanan darah normal

Usia
Normal TD (mmHg)
Bayi baru lahir (300 gram)
40
1 bulan
85/54
1 tahun
95/65
6 tahun
105/65
10-13 tahun
110/65
14-17 tahun
120/75
Dewasa tengah
120/80
Lansia
140/90
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

Penyebab hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
  1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
  2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
  1. Penyakit Ginjal
    • Stenosis arteri renalis
    • Pielonefritis
    • Glomerulonefritis
    • Tumor-tumor ginjal
    • Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
    • Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
    • Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
  2. Kelainan Hormonal
  3. Obat-obatan
  4. Penyebab Lainnya
    • Koartasio aorta
    • Preeklamsi pada kehamilan
    • Porfiria intermiten akut
    • Keracunan timbal akut.
    • Usia
    • Stress
    • Ras
    • Jenis kelamin
    • Medikasi

Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
  • sakit kepala
  • kelelahan
  • mual
  • muntah
  • sesak napas
  • gelisah
  • pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Berikut juga adalah gejala-gejala yang sebelumnya diderita pasien
·         gejala penyakit ginjal
·         gejala hipokalemia,misalnya kelemahan pada poliuria
·         gejala feokromositoma,misalnya tremor,berkeringat,penurunan berat badan,glikosuria,pucat atau hipotensi postural.
·         Gejala penyakit endokrin.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Serangan mendadak dari Hipertensi
  • terjadinya pembendungan darah pada otak yang disebabkan adanya gangguan pada pengaturan pembuluh darah. Penderita bisa jadi muntah,nyeri kepala yang hebat,sampai kejang-kejang,dan tidak sadarkan diri.
  • Akibat serangan dari hipertensi yang mendadak juga bisa menyerang organ yang lain sebut saja retina dan ini bisa menyebabkan kebutaan. Bila terkena jantung bisa menyebabkan sesak nafas,dan hal ini bisa menyebabkan orang tidak bisa berbicara atau lumpuh separuh badan dan berujung dengan kematian.
  • Gangguan yang lebih berat adalah kekurangan oksigen kedaerah yang terganggu pembuluh darahnya,hal ini mengkibatkan terganggunya aliran darah menuju ke ginjal,jika sudah terlalu parah hal ini akan mengakibatkan ginjal tak berfungsi lagi.

Bahaya Hipertensi pada Wanita Hamil

            Pada wanita hamil penyakit hipertensi bisa menyebabkan abortus mendadak. Akibatnya akan terjadi banyak pengeluaran darah yang membahayakan nyawa penderita.
Bahaya lainnya dalah berupa persalinan yang lebih cepat karena plasenta yang terlalu cepat lepasnya dari perekatannya pada si ibu,hal ini akan mengakibatkan ada bahaya perdarahan pada bayi itu karena memang dia belum siap hidup sendiri  sehingga membutuhkan bantuan alat tertentu untuk kelangsungan hidupnya sampai dianggap aman.
Bahaya lain adalah adanya gangguan pada pertumbuhan pada janin yang ada didalam rahim.

Kemungkinan Komplikasi Bagi Pasien Hipertensi
  • Trombosis dan pendarahan serebral
  • Gagal ventrikel kiri
  • Penyakit arteri koroner
  • Kerusakan ginjal
  • Aterosklerosis perifer
  • Hipertensi progresif
  • Ensefalopati hipertensif

Berikut adalah tentang riwayat  kehidupan pasien hipertensi yang perlu diketahui
  • Usia
  • Kebiasaan merokok
  • Riwayat keluarga hipertensi
  • Penyakit vascular sebelumnya
  • Infeksi saluran kemih masa lalu atau masa kecil
  • Obat-obatan yang bisa menimbulkan hipertensi misalnya:

    1. steroid
    2. karbenoksolon
    3. kontrasepsi oral
    4. analgesik non-steroid

Pemeriksaan klinik

            Untuk memastikan sesorang menderita hipertensi adalah dengan pemeriksaan klinik. Hal-hal penting yang diperiksa antara lain:

1.      tekanan darah
2.      fundoskopi untuk memeriksa retinopati
3.      jantung
4.      nadi sentral
5.      arteri & vena

Mencegah “stroke” akibat hipertensi

  1. kurangi konsumsi garam. Garam separuh dan rata-rata perharinya
  2. olahraga teratur
  3. hentikan kebiasaan merokok
  4. kurangi kegemukan yakni dengan berolah raga secara teratur
  5. menghindari stress.


Pengobatan

Obat tradisional yang dapat digunakan
  • Gamat/Teripang/Mentimun Laut
  • Teh Murbei
  • daun cincau hijau
  • seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis)
  • bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-7 siung sehari)
  • Rosela
  • daun bunga kumis kucing
  • minuman serai. teh serai yang kering atau serai basah(fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah tinggi
              Panduan perawatan dan pengobatan berbagai penyakit.

Minggu, 22 April 2012

rumor lyrics

Butiran Debu ....

namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa untuk selamanya
namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa sepanjang usia
hingga tiba saatnya aku pun melihat
cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu
namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa untuk selamanya
namaku cinta ketika kita bersama
berbagi rasa sepanjang usia
hingga tiba saatnya aku pun melihat
cintaku yang khianat, cintaku berkhianat ooh
menepi menepilah menjauh
semua yang terjadi di antara kita ooh
aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu
(aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
aku tenggelam dalam lautan) dalam luka dalam
aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu

Sabtu, 14 April 2012

permasalahan obat


PERMASALAHAN OBAT

Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan
            Setiap efek yang tidak diduga dan dimaksudkan akibat pemberian obat dengan dosis terapeutik, mempertimbangkan masalah obat mencakup evaluasi reaksi yang tak diinginkan serta respon yang tak diduga berikut ini:
Respons Obat Yang Tidak Diinginkan
  • Alergi obat
  • Hipersensitivitas
  • Idiosinkrasi
  • Toleransi
  • Akumulasi
  • Ketergantungan
  • Sinergisme
  • Antagonisme
  • Interaksi obat

Beberapa Istilah Yang Perlu Diketahui

Toleransi Obat
Toleransi obat adalah resistensi yang terjadi sebagai akibat pemakaian yang menahun. Untuk memperoleh efek yang sama, dibutuhkan makin banyak obat, artinya dosisnya makin tinggi. Contoh: barbiturate.
 Habituasi
Habituasi atau ketagihan, adalah kejadian pemakaian obat secara menahun yang menyebabkan gangguan emosi bila pemberian obat itu dihentikan. Contoh: merokok (nikotin) dan minum kopi (kafein).
Adiksi
Adiksi adalah kejadian pemberian obat yang menyebabkan toleransi dan penghentiannya menyebabkan timbulnya sindrom gejala putus obat ( withdrawal syndrome). Contoh: morfin.
Idosinkrasi
Adalah efek abnormal dari obat terhadap seseorang. Misalnya, morfin yang biasanya mengakibatkan depresi, pada orang itu malah menimbulkan eksitasi atau pemberian pentaquin menimbulkan anemia hemolitik pada orang kulit hitam di Afrika. Penyebab idosinkrasi adalah factor generic berlebihan.

Factor yang mempengaruhi insidens reaksi obat yang merugikan
1)      Jumlah obat dalam dalam satu kali pengobatan. Makin banyak obat, makin besar kemungkinan efek samping.
2)      Jenis kelamin pasien. Perempuan dikatakan minum lebih banyak obat dari pada laki-laki.
3)      Usia. Lansia, anak-anak dan neonatus perlu dimodifikasi dosis obatnya.
4)      Penyakit itu sendiri. Misalnya, pasien dengan gagal ginjal diberi digoksin dengan dosis normal. Digoksin akan tertimbun dan dapat menimbulkan keracunan digoksin. Atau pasien dengan sirosis hati dapat menimbun sembarang obat yang biasanya dimetabolisasi oleh hati.
5)      Riwayat adanya asma alergi atau reaksi alergi terhadap obat, makanan atau lainnya, maka harus hati-hati.
6)      Pengobatan dengan keoterapi terhadap kanker.
7)      Efek samping dapat timbul akibat menaikkan dosis obat yang biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau memakai obat dengan merek dagang lain.
8)      Idiosinkrasi.
9)      Banyaknya obat yang beredar menyebabkan kemungkinan pemberian obat yang salah, misalnya Leucovorin ( antidot terhadap antagonis asam folat) dan Leukeran ( obat sitotoksik);Lanoxin (glikosida digitalis) dan Laroxyl ( antidepresan trisiklik);minomycin (antibiotika) dan miomycin ( obat sitotoksik).
10)  Mudah didapatnya obat, dengan atau tanpa resep di took obat.
11)  Kurangnya komunikasi antara pasien dan dokter tentang penggunaan obat yang benar.
12)  Peningkatan penggunaan obat secara illegal seperti narkotika, dan halusinogen, merokok, tranquilizer dan alcohol, serta kombinasi diantaranya.
13)  Variasi genetik dalam masyarakat, yang mempengaruhi respons individual terhadap terapi obat.

Dosis obat
a)      Dosis toksik
Adalah dosis yang menimbulkan gejala keracunan.
b)      Dosis minimal
Dosis minimal adalah dosis paling kecil yang masih mempunyai efek terapeutik.
c)      Dosis maksimal
Dosis maksimal adalah dosis terbesar yang mempunyai efek terapeutik, tanpa gejala, atau efek toksik.
d)     Dosis terapeutik
Dosis terapeutik adalah dosis diantara dosis minimal dan maksimal. Dosis terapeutik dipengaruhi oleh umur, barat badan, jenis kelamin, waktu pemberian obat, cara pemberian obat, kecepatan pengeluaran obat, kombinasi obat, jenis bangsa, spesies dan tempramen.

Penyebab Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan
Overdosis atau kelalaian
Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah:
1)      Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi.
2)      Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung, misalnay furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai Lasix, Uremia dan Unex.
3)      Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat di hati atau eksresi obat melalui ginjal akan meracuni darah.
4)      Gangguan emosi dan mental menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi), misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.

Alergi obat
a)      Lesi kulit: Urtikaria,dermatitis eksfoliatif, sindrom Stevens Jhonson, purpura, dermatitis kontak.
b)      Bronkospasme dan edema larings ( sesak nafas dan batuk).
c)      Reaksi anafilaktik (syok)
Mekanisme respon alergi

Reaksi alergi disebut juga reaksi heipersensitivitas, adalah respon imunologi tubuh terhadap substansi asing yang disebut antigen. Contoh antigen yang dapat menimbulkan/membangkitkan reaksi alergi adalah protein, serbuk, debu rumah, bulu jamur, dan sebagainya. Umumnya antigen itu berbobot molekul tinggi.
            Peran antigen adalah merangsang pembentukan antibody (zat anti) khas terhadap antigen tersebut; terjadi reaksi antigen-antibody. Reaksi antigen-antibody ini dapat melindungi tubuh terhadap pengaruh antigen atau menimbulkan reaksi alergi, yang adapat merusak jaringan setempat. Sebagai akibat reaksi alergi terhadap ini dibebaskan sejumlah zat histamine,bradikidin dan SRS-A (slow reacting substance of anaphylaxis) yang mengakibatkan kontraksi otot polos bronkus, pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas kapiler.
            Antibody diperoleh dari molekul immunoglobulin yang disebut globulin-gamma. Dikenal 5 golongan immunoglobulin (ig), yaitu IgA, IgD, IgE, IgG, IgM. Tergantung jenis reaksi antigen-antibody, maka reaksi alergi dibagi dalam 4 kategori:

1)      Tipe 1 (reaksi anafilaktik)
Ditandai syok anafilaktik (bahkan meninggal) dengan urtikaria akut,edema larings, asma akut, hipotensi. Obat penyebab yang paling sering penicillin, dekstran, kontras beryodium (radiology), tiopenton, relaksan otot.

2)      Tipe 2 ( reaksi sitotoksik)
Reaksi ini ditandai penghancuran sel darah merah dan trombosit. Contoh reaksi ini adalah penyakit hemolitik pada neonatus, reaksi transfusi darah, anemia hemolitik tertentu, purpura akibat obat, agranulositosis akibat obat. Obat penyebab yang paling sering adalah penisilin, sefalotin, quinidin, rifampicin, metildopa.
3)      Tipe 3 ( reaksi kompleks imun)
Reaksi ini jarang ditemukan, ditandai oleh demam,urtikaria, artralgia, trombi, hemoragi, nefritis, artrisis reumatoid. Obat yang paling sering:
·         Penisilin
·         Sulfonamide
·         Streptomisin
·         Hidralazin
·         Tiourasil
·         Isoniazid
·         Rifampisin.
4)      Tipe 4 ( reaksi hipersensitivitas tertunda)
Paling sering berupa dermatitis kontak, reaksi penolakan, reaksi autoimun.

Interaksi Obat
Bila dua atau lebih obat diberi bersamaan, dapat terjadi interaksi obat. Interaksi biasanya ditandai potensiasi atau antagonisme dari salah satu obatnya.

Inkompatibilitas farmakologis
      Adanya endapan adalah tanda inkompatibilitas. Dua macam obat dicampur dalam satu semprit,atau obat suntik dalam cairan infus. Misalnya penisilin di-nonaktifkan oleh aminogloksida. Kadangkala interaksi ini malah bermanfaat bagi pasien, misalnya kerja antikoagulansia dari heparin (asam) dapat dihambat dengan pemberian protamin (basa). Protamin dapat dipakai sebagai antidot spesifik terhadap overdosis heparin.
Mengganggu absorpsi saluran cerna
      Absorpsi obat dari saluran cerna dapat meningkat atau mengurang. Obat dapat pula mempengaruhi motilitas tulang usus dan lambung, misalnya metoclopramide mempercepat pengosongan lambung. Obat-obat di dalam usus seringkali diikat, sehingga tidak dapat diserap. Tetrasiklin didikat oleh ion kalsium, ion magnesium dan aluminium, yang merupakan komponen antasida, dan oleh ion besi.

Penggeseran ikatan pada protein plasma
      Obat bebas ( tidak terikat) dalam plasma bertanggung jawab terhadap efek farmakologisnya. Ikatan pada protein plasma, terutama alabumin, dapat terjadi dengan sembarang obat. Obat dengan afinitas tinggi terhadap tempat ikatan itu dapat menggeser obat yang kurang kuat ikatannya sehingga konsentrasi obat yang tergeser/terlepas itu meningkat didalam darah. Misalnya, kerja antikoagulan dari warfarin meningkat dengan pemberian fenilbutazon; efek metotreksat meningkat dengan aspirin dan sulfa.

Ketergantungan obat
      Obat yang menyebabkan ketergantungan mempunyai sifat umum yang sama, yaitu mengubah aktivitas system saraf pusat sebagai berikut:
·         Mengurangi ketegangan dan kegelisahan
·         Merasa “bebas”, senang, di awang-awang
·         Peningkatan kemampuan mental dan fisik temporer
·         Menghilangkan kontrol yang menghambat ( takut, dsb) dan mengubah persepsi sensoris.

       Ketergantungan obat dapat dibagi dalam dua komponen yaitu:
1)      Ketergantungan psikologis, yang mengandalkan obat/obat  tertentu demi kesenangan dan kenyamanan yang dirasakan saat menggunakannya, dapat menimbulkan “craving” hebat (sangat menginginkan).
2)      Ketergantungan fisik, yaitu adaptasi seluler terhadap obat sampai timbul toleransi dan withdrawal syndrome. Withdrawal syndrome ditandai dengan perubahan fisiologis bila obat yang bersangkutan dihentikan tiba-tiba. Gejalanya bisa seperti berikut:
·         Kulit yang hangat, lembab, gatal
·         Mual dan muntah
·         Gelisah
·         Pupil sangat kecil
·         Hidung dan mata basah
·         Menguap
·         Menggigil
·         Nafas cepat dan tidak teratur
·         Tremor dank ram.

                        Toleransi berarti memerlukan dosis obat yang makin tinggi untuk mencapai efek yang sama dengan dosis yang biasanya lebih rendah.

Ketergantungan bervariasi sesuai jenis obat
1)      Ketergantungan obat jenis opiate ( narkotik)
2)      Ketergantungan obat jenis barbiturate/alcohol
3)      Ketergantungan obat jenis cannabis
4)      Ketergantungan obat jenis kokain
5)      Ketergantungan obat jenis amfetamin
6)      Ketergantungan obat jenis halusinogen
7)      Ketergantungan obat jenis pelarut/solven yang mudah menguap

Pengobatan ketergantungan
Pengobatan terhadap gejala withdrawal didasarkan pada dua prinsip:
1)      Mengganti obat itu dengan obat yang secara farmakologis atau fisiologis ekuivalen.
2)      Secara bertahap mengurangi obat ekuivalen itu, lamanya tergantung keadaan klinis pasien.

Kesalahan pemberian obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya:
·          Lupa memberi obat
·         Memberi dua kali obat yang dilupakan sebagai kompensasi
·         Memberi obat yang benar pada waktu yang salah
·         Atau memberi obat yang benar melalui rute yang salah.
Kepatuhan
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar, atau tidak jika terapi akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi tersebut tanpa pengawasan. Terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, astritis rheumatoid, hipertensi, tuberculosis paru, dan diabetes mellitus.
Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan:
1)      Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2)      Pasien tidak mengerti tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
3)      Sukarnya memperoleh obat itu di luar rumah sakit
4)      Mahalnya harga obat
5)      Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada pasien.

            Untuk itu sebelum pasien pulang kerumah, tim kesehatan harus yakin bahwa pasien mengetahui:

a.       Nama dan kekuatan obatnya
b.      Kegunaan obat itu
c.       Jumlah obat untuk dosis tunggal
d.      Jumlah total kali minum obat
e.       Waktu obat itu harus diminum, misalnya berkaitan dengan makan
f.       Untuk berapa hari obat itu harus diminum
g.      Rute pemberian obat
h.      Perhatian khusus yang diperlukan oleh rute peberian, misalnya tetes mata, supositoria
i.        Tindakan apa yang harus diambil bila upaya minum obat, khususnya digoksin, terapi antikoagulan oral.

Implikasi keperawatan
Konseling dasar untuk pasien yang akan pulang mencakup penyuluhan hal berikut ini:
  1. saat alcohol dikontraindikasi bila sedang minum obat tertentu
  2. pantangan makanan tertentu (misalnya, hindari ekstrak daging, keju lunak, buncis tertentu saat sedang minum MAOIS)
  3. obat non-resep yang dikontraindikasi ( misalnya, aspirin dan analgesik pengandung- aspirin pada terapi antikoagulan oral)
  4. jangan mengoperasikan mesin rumit atau mengendarai mobil pada terapi obat tertentu ( misalnya, sedativf, antihistamin)
  5. efek samping apa yang diperkirakan, dan bagaimana mengatasinya
  6. memperbaiki kondisi penyimpanan obat yang dipakai.


Sumber: Farmakologi untuk keperawatan/Jan Tambayong,Jakarta:Widya Medika,2001.